Rabu, 04 Juli 2012

cerita pendek


Ketika masih tinggal di kampung, saya
sering mendengar lagu-lagu merdu yang
dimainkan seorang pengamen tua
menggunakan harmonikanya. Pak Slamet,
nama pengamen itu, adalah orang yang
sederhana. Walau begitu, ia selalu tampil
rapi dengan baju bersih yang dimasukkan.
Rambutnya dipotong pendek dan tersisir
lurus ke belakang.
Ia biasanya berdiri di depan pintu dengan
sikap tegak seperti orang mengheningkan
cipta, lalu mulai memainkan harmonikanya.
Matanya berkali-kali terpejam saat
mengalunkan nada-nada yang mengalir
seperti air, tanda ia sungguh kusyuk
menyampaikan lagunya.
Meski tak mengerti lagu apa yang
dimainkan Pak Slamet, kesungguhannya
bermain harmonika telah menarik saya
untuk mengetahui apa yang dia lantunkan.
Dalam salah satu kesempatan, saya
bertanya, "Pak, itu lagu apa?"
Ia menjawab dalam bahasa Jawa halus,
yang kira-kira terjemahannya demikian: "Ini
adalah lagu agar orang-orang yang
mendengarnya menjadi tenteram dan
damai. Banyak orang tidak tenteram karena
pikiran. Semoga saya bisa membantu
menenteramkan mereka."
Jawaban itu sungguh tidak saya sangka -
sangka. Tadinya saya mengira akan
mendapat jawaban bahwa lagu itu lagu
Jawa kuno, atau lagu pop masa lalu.
Ternyata dugaan tersebut meleset.
Bagaimana mungkin orang tua ini memiliki
pemikiran seperti itu? dalam hati
kubertanya.
Tapi saya, yang waktu itu adalah seorang
mahasiswa dengan pengetahuan maha
luas, yang percaya hanya tindakan besarlah
yang bisa mengubah dunia, kembali
melontarkan pertanyaan dengan nada
sedikit melecehkan, "Lalu sudah sampai
mana Pak Slamet menyebarkan
ketenteraman itu? Sudah berapa orang
yang mendengarnya dan sembuh dari
kegalauan hidupnya?"
Ia menjawab tersenyum, "Hanya pada
beberapa orang yang rumahnya saya lewati
di sekitar sini. Semoga ada satu atau dua di
antara mereka menjadi damai karena
mendengar lagu saya, walau tidak bagus
saya memainkannya. Syukur kalau
kedamaian itu ditularkan."
Jawaban tersebut menunjukkan betapa
besar hatinya dan membuat kecut hatiku.
Dalam kesederhanaannya, pengamen tua
itu memberikan apa yang bisa
disumbangkan bagi orang lain. Tampaknya
remeh, karena lagu - lagunya hanya
dihargai seratus perak dan hanya didengar
oleh segelintir orang di sebuah wilayah
kecil. Tapi ketulusan dan kesungguhannya
dalam memberi, bernilai jauh lebih tinggi
dari itu.

source : GOKIL2AN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar